Minggu, 25 Januari 2015

Suka duka si bidan junior

Pendidikan D3 kebidanan sy tempuh dari tahun 2008 s/d 2011, sy tidak akan membahas bagaimana pendidikan kebidanan itu sendiri tapi lebih fokus ke tahun pertama setelah pendidikan kebidanan sy selesai.
Tepat 5 hari sebelum graduation ceremony duka menyelimuti keluarga besar kami, sy kehilangan mama sy, mama meninggal karena menderita penyakit kanker payudara. Kanker tsb sudah mama derita selama 5 tahun, mama juga sudah melakukan mastektomi, kemotheraphy, dan penyinaran di negara tetangga malaysia karena secara geografis kami memang lebih dekat menuju ke malaysia dari pada ke jawa lebih kurang 2 jam perjalanan lewat jalur laut alasan lain agar pengobatan lebih maksimal, lebih dalam tentang ini mungkin sy akan membuat judul tersendiri nanti, back to topic!
Kehidupan pasca almarhumah tiada sungguh berat untuk sy pribadi mungkin karena sy anak tunggal dan memiliki kedekatan yg luar biasa dengan mama menjadi alasan kenapa sy harus terpuruk, waktu itu usia sy lebih kurang 20 tahun, sy bersedih tetapi sy ikhlas terlalu pedih rasanya harus melihat mama menahan sakit. 7 hari setelah kepergian mama rumah mulai sepi, keluarga serta kerabat yang biasanya selama 7 hari menghibur dan membantu di rumah satu per satu kembali ke aktifitas masing-masing. Agar tak terlalu kesepian di rumah setiap harinya sy mulai ikut beberapa pelatihan diantaranya pelatihan asuhan dasar persalinan (APN) dan latihan mengemudi di sebuah lembaga pendidikan mengemudi (niatnya agar lebih mandiri bisa nyetir sendiri, gak taunya karena gak pernah di ulang-ulang dan gak di kasih mobil juga sm papa sampai sekarang kemampuan mengemudi sy tidak pernah lagi sy asah).
Pelatihan APN selama 10 hari dengan aktifitas padat merayap dan dilanjutkan pelatihan mengemudi selama 10 hari menghasilkan sertifikat APN dan SIM A. Sy mulai berpikir untuk bekerja, mengasah kemampuan dan tentu saja mencari rupiah. Pada saat itu sy hanya mengantongi surat keterangan lulus dan mulai memberanikan diri melamar pekerjaan di sebuah bidan praktek swasta yang berjarak lebih kurang 1.5 km dari tempat tinggal dan alhamdulillah saat itu bidan senior tersebut juga membutuhkan tenaga bidan karena memang yang menjadi asisten bidan senior tersebut sudah tidak lagi bekerja. Di tempat inilah cerita bermula untuk kemudian sy di tempa menjadi pribadi yang lebih tangguh lagi, hehe.
Di praktek bidan Bidan senior ini sy bekerja dengan 1 karyawan lainnya yang juga baru menyelesaikan pendidikan sama seperi sy. Dengan kondisi praktek yg buka 24 jam untuk persalinan Dan tenaga yg ada hanya 2 orang karyawan, kami memutuskan untuk membuat jadwal 24 jam kerja. Jadi, 24 jam kerja dan 24 jam berikutnya libur, begitulah ritme jam kerja sy yang alhamdulliah sy jalani dengan semangat walau sesekali mengeluh karena sy bukan manusia semi malaikat, hehe.
Bisa di bayangkan kerja seharian tentu saja bawaannya banyak banget mulai dari peralatan mandi, baju ganti, mukenah (bidan senior yg non muslim tidak pernah melarang sy untuk beribadah, kebetulan beliau kristen protestan). Kami di fasilitasi kamar perawat di lengkapi tempat tidur, kasur, lemari, tv, kipas angin dan kamar mandi di dalam kamar. Dengan kondisi jam kerja yg luar biasa sudah dapat di duga kalau tempat bekerja ini sekaligus jadi rumah kedua.
Pukul 10:00 wib biasanya sy berangkat bekerja tetapi sebelumnya sy menyelesaikan pekerjaan rumah seperti memasak untuk papa dan adik perempuan (kebetulan anak kakak mama tinggal bersama keluarga sy sejak ibunya terlebih dahulu meninggal. Sy pun telah menganggap sepupu sy itu seperti adik kandung karena memang sejak kecil kami tinggal bersama, usia kami terpaut lebih kurang 8 tahun dan hingga sy menuliskan tulisan ini sy masih sangat menyayanginya, sekarang dan selamanya). Setelah memasak dan menghidangnya untuk siang adek pulang sekolah dan sore papa pulang kerja di lanjutkan menyapu rumah, sapu teras halaman, mengepel, mencuci baju dan setelah semua pekerjaan rumahan selesai barulah sy bersiap berangkat kerja dengan tenang karena semua sudah tertata dengan rapi dan sudah dipastikan semua kebutuhan papa dan adek sudah siap sedia.
Jam 10 sy biasanya sudah di tempat kerja dan aplusan dengan teman, setiap dinasnya biasa kami seorang diri. Pagi hari di klinik biasanya kegiatan sy nyantai aja bila tidak ada pasien inpartu, karena melayani pengobatan umum biasanya ketika sore hari sewaktu bidan senior sudah pulang dinas, Namun pada hari libur seperti sabtu minggu biasanya sy membantu ibuk mencuci pakaian. Awalnya sy merasa itu emg bukan kompetensi sy tapi lama kelamaan kok kayaknya sy ga bisa pura-pura buta kayak ga ada kejadian membiarkan ibuk mencuci sendiri tanpa ada yang membantu akhirnya setiap ibuk mencuci sy pun turun tangan membantu selesai mencuci, menjemur pakaian di lantai 2 dan sore hari biasa ibuk setrika baju dan sy pun lama kelamaan tidak bisa membiarkan ibu setrika baju dan pelan-pelan membantu ibu juga setrika baju lama kelamaan menjadi kebiasaan mencuci dan setrika jd kegiatan wajib hampir setiap minggu (untuk baju sendiri aja kadang sy males mau setrika tapi baju ibuk dan keluarganya selalu sy rapi rapii gak jarang semua nya dalam jumlah banyaak menggunung). Biasa sy membagi tugas dengan partner kerja dengan perjanjian kalau sy yg mencuci maka ia yg kebagian setrika begitu pula sebaliknya. Sepertinya kebiasaaan ini semakin lama semakin mendarah daging.
saya tidak menampik secara personal merasa deket bgt dengan ibuk, melebihi keluarga kami terbiasa makan bersama, bersenda gurau, dan banyak sekali ilmu-ilmu yg sy dapatkan di bangku kuliah sebatas teori bisa sy terapkan langsung di lahan di bawah bimbingan ibuk (makasi buk...). Alasan ini yg membuat sy bertahan selama 1 tahun. Ibuk mengajarkan sy untuk profesional tak mencampur adukan antara urusan pribadi, kerja ya kerja sy terlalu segan untuk sekedar pulang sebentar walau rumah sy dekat, untuk mandiri karena jadwal dinas yg selalu sendiri meyakinkan sy tidak akan ada hal buruk yg terjadi, rasa saling menghormati walau kami beda agama tapi ibu tidak pernah aneh melihat sy sholat, puasa, memberikan dispensasi libur lebaran begitu pula natal sy membantu ibu bersih-bersih rumah ibuk menyambut natal atau sekedar memberi minuman tamu ketika ibuk kerepotan open house, rasa tanggungjawab dan kejujuran ibuk selalu percaya uang yg ada di tangan sy.
kalau saja saya mengedepankan ego sy tidak akan mungkin sy bertahan selama setahun dengan gaji yaaaa hanya pas2 buat jajan, semua yg sy alami tak sedikit pun sy ceritakan ke papa karna ga mau papa beranggapan buruk atau melarang sy kerja lagi, Sy sempat sedih kalo ingat pesan mama (kak, sekolah yang tinggi biar nanti cari duit pake tanda tangan aja ga perlu banting tulang) sementara kondisi sy sekarang harus mati-matian ibarat kata kasarnya bak seorang Pembantu rumah tangga. Begini banget buat cari uang. Gak jarang pasien terkaget kaget melihat kamar perawat penuh tumpukan baju dan rasanya ga ada wibawanya sy sbg karyawan yg notabene bidan tapi harus setrika baju. Pagi-pagi liat orang berseliweran berangkat kantor sedangkan sy lagi ngebuang sampah seabrek-abrek dalam keadaan sy masih belum mandi dan bauk ikan karena pulang dari pasar. Yaa tiap hari sy pasti kepasar untuk belanja bahan pokok yg diperlukan untuk memasak lauk pauk dirumah. Jadi begitu sampai di rumah acara selanjutnya adalah memasak dan rentetan tugas rumahan lainnya, menjelang sore barulah bisa tidur bentar lurusin pinggang. Bayangan suram masaa depan sering menghantui..pertanyaan sampai kapan aku begini?? Lya allah..kejenuhan sering mampir.
ketika sy flashback mungkin waktu itu sy lelah, keadaan sy begitu berat tanggungjawab di rumah dan tanggungjawab kerja sekaligus di usia sy yg menginjak 20 tahun seperti beban ibuk2 anak 3 orang. Tapi sy selalu memupuk rasa percaya ini bagian dari proses dan rencana allah untuk mengangkat derajat sy.
Hingga suatu ketika sy berpikiran untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang d4 kebidanan, minta izin ke papa di izinkan sy pun semakin semangat jelajah sana sini, sy pun bertekad untuk segera sekolah jauh dan menyusun rencana untuk perbaikan rezki yang lebih baik walau perih sekali apabila mengingat adek perempuan yang harus tetap survive sendiri dengan kondisi kakaknya jauh terlebih si adek orang yang manja dan semua-semua kebutuhannya sy yg memperhatikan. Kuat-kuatin hati toh nyambung d4 cuma butuh setahun yah maksimal setahun lebih, gak bakal lama. Lakukan perubahan atau suram begini terus. Tepat seminggu setelah pernikahan papa sy berangkat menuju ke jawa tengah tepatnya  ke solo untuk mendaftar di sebuah perguruan tinggi negri alhamdulillah keterima.
 Dramatis banget emang kisah sy ngalahin drama korea. Udah? Segini aja dramanya? Siapa bilang? Sy akan banyak cerita kalo mood sy baik dan stabil hehe..Masi banyak drama yang ingin sy ceritakan 100% fakta..niatnya cuma 1 kok, kalian tidak perlu menjadi seperti sy cukup mengambil hikmah dari sepenggal cerita sy kemudian bersyukur sebanyak2nya atas karunia yang kalian rasakan saat ini.. :)

25 januari 2015 (11:26 pm)

Jumat, 23 Januari 2015

pengalaman menolong persalinan (part 1)

Kejadian ini terjadi lebih kurang sekitar 3 tahun yang lalu, waktu itu sy hanya bidan junior dengan jam terbang rendahan yang lebih sering partus pandang, bantu, dan mandiri di dampingi bidan senior. belum tercatat dalam sejarah sy menolong persalinan seorang diri yang bener-bener sendiri di bps tanpa bidan senior, asisten, ataupun mahasiswa magang murni karena faktor kepepet.
Hingga tibalah saat itu seorang pasien G2P1AO datang dengan keluhan mules disertai lendir darah setelah melakukan anamnesa, pemeriksaan keadaan umum, serta pemeriksaan dalam di dapatkan kesimpulan bahwa ibu sudah masuk dalam kala 1persalinan fase laten dengan pembukaan servik 3 cm, artinya ibu tidak diijinkan lagi untuk pulang dan harus di observasi dengan ketat lebih lanjut untuk memantau kemajuan persalinan, sy dengan sigap mempersiapkan kebutuhan persalinan untuk ibu dan bayi (siap alat, siap obat, siap pakaian ibu dan bayi, serta menyiapkan mental suami pasien haha) ok semua udah ready si ibu pun masih diijinkan untuk berjalan-jalan jika masih sanggup untuk mempercepat pembukaan serviks atau bila lelah berbaring dengan posisi miring ke kiri. 1 2 3 4 5 6 7 jam berlalu dengan cepatnya kini ibu sudah dalam keadaan setengah histeris menahan sakit karena pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kondisi ibu secara keseluruhan dalam keadaan normal. Sy pun sudah lebih fokus mendampingi ibu baik memberikan dukungan fisik Berupa counterpresure pada bagian atas bokong untuk membantu meredakan nyeri akibat kontraksi dan dukungan psikis dengan suport dan edukasi agar ibu lebih bersemangat serta tetap tenang dan tidak panik.
Tiba-tiba dengan teganya si ibu bidan senior berniat meninggalkan sy karena ada ujian mendadak karena waktu itu beliau dalam proses melanjutkan pendidikan. ibu tinggal dulu ya, observasi aja terus ibu percaya sama km, kalo uda kebelet banget ditolong aja tapi tetap komunikasikan kondisi pasien dengan ibuk kalo ada apa2 ibu segera pulang #kata beliau (jamaah oh jamaah..astaghfirullaah). Satu jam berlalu pasien belum menunjukan tanda gejala kala II persalinan diantaranya dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka. Si ibu bidan senior pun semakin galau antara hendak ujian atau menunggu persalinan karena jarak yang tidak begitu jauh antara kampus dengan klinik akhirnya beliau memutuskan untuk segera berangkat. Tinggalah sy sendiri bersama suami pasien sepede mungkin sy meyakinkan kalo bidan senior tidak pergi dalam waktu lama dan akan segera kembali
situasi semakin memanas ketika selaput ketuban tepat di depan vulva membentuk baloon dan berisi cairan jernih, show time rintih sy dalam hati 3 2 1 focus!! Zoom in zoom out ke arah vulva ibu hahaha segera memakai perlindungan diri diantaranya sepatu boots, celemek, masker, cuci tangan dan memakai sarung tangan ambil setengah kocher di bak instrument lalu memecahkan ketuban dengan sebelumnya memastikan pembukaan sudah lengkap 10cm, ubun-ubun si bayi sudah keliatan 5 cm di depan vulva sambil memberikan aba-aba teknik meneran yang baik kepada ibu tangan sy pun siap untuk stenen pada perinium dengan menggunakan duk steril ayo ibu..bila terasa kuat ingin meneran lakukan saja..bila rasa meneran hilang istirahat dulu minum, atur posisi dan atur nafas. Sempat melihat kearah suami si ibu tampak raut wajah tegang untungnya tidak terlihat tanda akan segera pingsan jd sy instruksikan si bapak untuk membantu memegang paha ibu agar tidak menyulitkan sy. Pak..karna di sini kita hanya bertiga mohon kerja sama bapak untuk membantu memegang paha ibu ya..si bapak mengangguk tanda paham. Ok bu sudah terasa kuat pingin ngeden ya, sambil tangannya dua duanya membuka paha ya bu, kepala melihat perut, mata jangan di pejamkan tarik napas lalu keluarkan rasa yang seperti ingin BAB yaa bu semangat yuk sedikit lagi itu udah keliatan rambutnya singkat cerita bayi mungil pun lahir dengan selamat. Kepanikan berlanjut ketika harus mengeluarkan plasenta dan menjahit perinium, anggota tubuh sy tdk bisa sy bohongi mengalami tremor dan alhamdulillah dengan bekal teori dan praktek sy plasenta pun lahir dengan lengkap dan kondisi ibu dalam keadaan baik. Ada kelegaan tersendiri dan bahagia yang luar biasa rasanya sudah ketok palu sy menjadi bidan dan sepertinya alam pun merestui Segalanya lancar..tapiii tapii tapii ada robekan di perinium yang mana sy harus lakukan hecting/penjahitan. balik lagi harus kembali tegang karena untuk pertama kalinya lakukan hecting mandiri tanpa di dampingi..duh sy takut salah jait..piyeee...bisa di tuntut suami pasien dongg..hehehe tapi sekali lagi alhamdulillah lancar namun tetep pastinya jahitannya kurang rapi namapun yang jahit masi amatiran namun perlu di ingat amatira berarti ngasal loh..tetep harus sesuai prosedur buktinya sewaktu kunjungan nifas sy cek kembali luka jahitan sudah mulai mengering..ahh leganyaaa..syeneeng sekalii..makasi ya allah pengalaman mandiri waktu itu

Selasa, 20 Januari 2015

bidan

Saya perempuan 23 tahun berprofesi sbg bidan. Bidan itu pendamping persalinan lah definisi sederhananya namun tugasnya tak hanya sebatas pendamping persalinan lebih kompleks meliputi sahabat wanita sepanjang siklus kehidupannya mulai dari bayi baru lahir, remaja, usia subur, menopause dsb. Sy sadar penuh apa yg menjadi tanggungjawab sy adalah dua nyawa, terkadang sy tdk habis pikir allah begitu indahnya menuliskan takdir kepada sy sbg perpanjangan tangannya untuk membantu melahirkan janin dari rahim menuju ke dunia. Paket combo seorang ibu dan seorang bayi menjadi tanggungjawab bidan. Tanggungjawab inilah yang membawa sy menjadi pribadi yg terus belajar krna pada dasarnya ilmu pengetahuan selalu berkembang terlebih ilmu kebidanan. Belajar untuk mengusai keadaan dan sebisa mungkin tidak panik meski keringat sebesar biji rambutan banjir kala menghadapi kala II persalinan. Belajar memahami psikis seorang ibu meski sy sendiri belum merasakan menjadi ibu. Belajar merawat bayi mungil yang sy sendiri awalnya gemeteran dan takut buat menggendong, takut salah urat gitu. Indahnya menjadi bidan dan tentu saja profesi ini menjadi pondasi yg kokoh sebagai calon ibu yah minimal sy bisa paham benar bagaimana persiapan pra kehamilan menuju ke proses fertilisasi dan konsepsi serta implantasi, Perkembangan janin didalam rahim pada tiap periodenya, proses persalinan dan banyak lagi yang kalo di jabarin bakal jadi daftar isi asuhan kebidanan.

NB: Ya allah karuniakan lah sesegara mungkin seorang bayi mungil nan unyu untuk sy (emmm..bu bidan blm pny misua kok malah doa pny bebiii..glek!!)

Sabtu, 03 Januari 2015

etiket..?

Hari ini sy terinspirasi dari sebuah blog yang banyak berbicara tentang etiket, alhasil sy mencoba mencari beberapa sumber tentang etiket tsb. Mulai dari etiket makan, berjalan, berbicara, berhadapan dgn orang tua, pemimpin dll.
Sebagai tenaga kesehatan dan bertugas memberi pelayanan menurut sy penting bgt etiket dalam kehidupan sehari-hari, itu akan mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap kita para tenaga medis, dengan etiket juga kita jd ga perlu canggung berhadapan dengan banyak kalangan.
Kita memang harus banyak belajar yaaa..untuk hidup yg lebih baik
Yukk kita lebih aware dengan etiket gais..