Jumat, 23 Januari 2015

pengalaman menolong persalinan (part 1)

Kejadian ini terjadi lebih kurang sekitar 3 tahun yang lalu, waktu itu sy hanya bidan junior dengan jam terbang rendahan yang lebih sering partus pandang, bantu, dan mandiri di dampingi bidan senior. belum tercatat dalam sejarah sy menolong persalinan seorang diri yang bener-bener sendiri di bps tanpa bidan senior, asisten, ataupun mahasiswa magang murni karena faktor kepepet.
Hingga tibalah saat itu seorang pasien G2P1AO datang dengan keluhan mules disertai lendir darah setelah melakukan anamnesa, pemeriksaan keadaan umum, serta pemeriksaan dalam di dapatkan kesimpulan bahwa ibu sudah masuk dalam kala 1persalinan fase laten dengan pembukaan servik 3 cm, artinya ibu tidak diijinkan lagi untuk pulang dan harus di observasi dengan ketat lebih lanjut untuk memantau kemajuan persalinan, sy dengan sigap mempersiapkan kebutuhan persalinan untuk ibu dan bayi (siap alat, siap obat, siap pakaian ibu dan bayi, serta menyiapkan mental suami pasien haha) ok semua udah ready si ibu pun masih diijinkan untuk berjalan-jalan jika masih sanggup untuk mempercepat pembukaan serviks atau bila lelah berbaring dengan posisi miring ke kiri. 1 2 3 4 5 6 7 jam berlalu dengan cepatnya kini ibu sudah dalam keadaan setengah histeris menahan sakit karena pembukaan serviks sudah mencapai 8 cm dan kondisi ibu secara keseluruhan dalam keadaan normal. Sy pun sudah lebih fokus mendampingi ibu baik memberikan dukungan fisik Berupa counterpresure pada bagian atas bokong untuk membantu meredakan nyeri akibat kontraksi dan dukungan psikis dengan suport dan edukasi agar ibu lebih bersemangat serta tetap tenang dan tidak panik.
Tiba-tiba dengan teganya si ibu bidan senior berniat meninggalkan sy karena ada ujian mendadak karena waktu itu beliau dalam proses melanjutkan pendidikan. ibu tinggal dulu ya, observasi aja terus ibu percaya sama km, kalo uda kebelet banget ditolong aja tapi tetap komunikasikan kondisi pasien dengan ibuk kalo ada apa2 ibu segera pulang #kata beliau (jamaah oh jamaah..astaghfirullaah). Satu jam berlalu pasien belum menunjukan tanda gejala kala II persalinan diantaranya dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka. Si ibu bidan senior pun semakin galau antara hendak ujian atau menunggu persalinan karena jarak yang tidak begitu jauh antara kampus dengan klinik akhirnya beliau memutuskan untuk segera berangkat. Tinggalah sy sendiri bersama suami pasien sepede mungkin sy meyakinkan kalo bidan senior tidak pergi dalam waktu lama dan akan segera kembali
situasi semakin memanas ketika selaput ketuban tepat di depan vulva membentuk baloon dan berisi cairan jernih, show time rintih sy dalam hati 3 2 1 focus!! Zoom in zoom out ke arah vulva ibu hahaha segera memakai perlindungan diri diantaranya sepatu boots, celemek, masker, cuci tangan dan memakai sarung tangan ambil setengah kocher di bak instrument lalu memecahkan ketuban dengan sebelumnya memastikan pembukaan sudah lengkap 10cm, ubun-ubun si bayi sudah keliatan 5 cm di depan vulva sambil memberikan aba-aba teknik meneran yang baik kepada ibu tangan sy pun siap untuk stenen pada perinium dengan menggunakan duk steril ayo ibu..bila terasa kuat ingin meneran lakukan saja..bila rasa meneran hilang istirahat dulu minum, atur posisi dan atur nafas. Sempat melihat kearah suami si ibu tampak raut wajah tegang untungnya tidak terlihat tanda akan segera pingsan jd sy instruksikan si bapak untuk membantu memegang paha ibu agar tidak menyulitkan sy. Pak..karna di sini kita hanya bertiga mohon kerja sama bapak untuk membantu memegang paha ibu ya..si bapak mengangguk tanda paham. Ok bu sudah terasa kuat pingin ngeden ya, sambil tangannya dua duanya membuka paha ya bu, kepala melihat perut, mata jangan di pejamkan tarik napas lalu keluarkan rasa yang seperti ingin BAB yaa bu semangat yuk sedikit lagi itu udah keliatan rambutnya singkat cerita bayi mungil pun lahir dengan selamat. Kepanikan berlanjut ketika harus mengeluarkan plasenta dan menjahit perinium, anggota tubuh sy tdk bisa sy bohongi mengalami tremor dan alhamdulillah dengan bekal teori dan praktek sy plasenta pun lahir dengan lengkap dan kondisi ibu dalam keadaan baik. Ada kelegaan tersendiri dan bahagia yang luar biasa rasanya sudah ketok palu sy menjadi bidan dan sepertinya alam pun merestui Segalanya lancar..tapiii tapii tapii ada robekan di perinium yang mana sy harus lakukan hecting/penjahitan. balik lagi harus kembali tegang karena untuk pertama kalinya lakukan hecting mandiri tanpa di dampingi..duh sy takut salah jait..piyeee...bisa di tuntut suami pasien dongg..hehehe tapi sekali lagi alhamdulillah lancar namun tetep pastinya jahitannya kurang rapi namapun yang jahit masi amatiran namun perlu di ingat amatira berarti ngasal loh..tetep harus sesuai prosedur buktinya sewaktu kunjungan nifas sy cek kembali luka jahitan sudah mulai mengering..ahh leganyaaa..syeneeng sekalii..makasi ya allah pengalaman mandiri waktu itu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar